Nasionalisme Bangsa Indonesia di Era Globalisasi
Nasionalisme adalah jiwa yang dimiliki oleh sekelompok orang dimana mereka mempunyai rasa senasib, seperjuangan dan adanya rasa cinta tanah air yang mendalam yang bertujuan untuk mengabdikan diri mereka pada bangsa dan negara. Menurut Ir. Soekarno nasionalisme yang selayaknyaa harus diterapkan dalam diri bangsa Indonesia adalah sebagai berikut:
“Nasionalisme kita haruslah nasionalisme yang tidak mencari gebyarnya atau kilaunya negeri keluar saja, tetapi haruslah mencari selamatnya manusia.. Nasionalisme kita haruslah lahir daripada ‘menselijkheid’. Nasionalismeku adalah nasionalisme kemanusiaan, begitulah Gandhi berkata, Nasionalisme kita, oleh karenanya, haruslah nasionalisme yang dengan perkataan baru yang kami sebut: sosio-nasionalisme. Dan demokrasi yang harus kita cita-citakan haruslah demokrasi yang kami sebutkan: sosio-demokrasi”.
Menurut uraian beliau tersebut, dapat dikatakan bahwa jiwa nasionalis yang benar adalah yang memikirkan tentang keselamatan umat manusia, bukan hanya mengobarkan semangat kebangsaan dan mengagung-agungkan landasan negeri di dunia internasional saja.
Di era yang modern ini, banyak sekali tantangan-tantangan yang dapat mempengaruhi atau bahkan merusak jiwa nasionalisme bangsa, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari pengaruh-pengaruh luar. Pengaruh tersebut pastilah akan mengubah cara pandang orang tentang apa itu nasionalisme, atau bahkan dapat membuat orang berpikir bahwa konsep nasinalisme bangsa ini sudah tidak relevan lagi, apalagi bagi mereka yang hidup di daerah yang kurang perhatian dari pemerintah. Hal itu tentu harus segera ditangani dengan cepat dan tepat, agar tidak sampai terjadi hal-hal yang dapat merusak keutuhan bangsa ini.
Dalam suatu kesempatan, dikabarkan bahwa Ketua Majelis Permusyawaran (MPR) dzulkifli Hasan mengajak masyarakat untuk mengukuhkan kembali rasa kebangsaan serta persaudaraan sebagai wujud kecintaan kepada negara. Beliau mengatakan bahwa setelah 19 tahun reformasi perlu dikukuhkan kembali persaudaraan kebangsaan, musyawarah mufakat, saling cinta satu dengan yang lainnya dan mencaintai negeri. Beliau juga mengatakn bahwa Indonesia ini telah memilih demokasi, jadi dalam melakukan perjuangan pun juga harus secara demokratis, tidak menyalahi Pancasila dan tidak dilakukan dengan kekerasan karena hal itu bukan jamannya lagi.
Akhir-akhir ini banyak sekali acara-acara atau gerakan yang dilakukan oleh pemerintah maupun sekelompok orang yang bertujuan untuk mengembangkan jiwa nasionalisme. Dengan diadakannya acara atau gerakan tersebut diharapkan jiwa nasionalisme dapat mengakar lebih kuat dalam diri bangsa ini. Misalnya beberapa waktu lalu di salah satu stasiun televisi dikabarkan bahwa Djarum Fondation rutin melakukan Road to Campus di daerah perbatasan. “Road to Campus hadir sebagai bagian dari komitmen kami memberikan soft skills kepercayaan diri dan wawasan kebangsaan pada kaum muda sebagai bagian dari bangsa yang tangguh berkompetisi di era globalisasi,” ujar Lounardus Saptopranolo, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation di kampus Nusa Cendana, Kupang, Sabtu (4/6/2016).
Dalam kesempatan yang sama, Inayah Wahid, tokoh muda, putri presiden RI ke-4 yang aktif di bidang sosial budaya juga menuturkan, “Yang pertama anak muda Indonesia dapat lakukan, khususnya mereka di perbatasan, adalah menumbuhkan rasa cinta pada Indonesia. Mensyukuri semua berkah yang sudah kita miliki. Banyak bangsa lain yang tidak memiliki kekayaan seperti yang kita miliki, dan sangat menginginkan apa yang kita punya, sehingga sudah sepatutnya kita bersyukur dan memanfaatkan berkah ini dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan bangsa."
Sementara itu, Pater Gregorius Neonbasu SVD, peneliti budaya yang juga pakar antropologi menambahkan, "Bangsa kita, yang sangat kaya dan memliki falsafah Bninneka Tunggal Ika, perlu lebih menekankan ‘bhinneka’ dibandingkan ‘ika’. Saya mengajak kaum muda untuk mengaktualisasi nilai-nilai luhur kita”.
Aleta Baun, perempuan pahlawan lingkungan dari NTT yang berani melawan perusahaan-perusahaan tambang perusak lingkungan, bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya, wujud rasa nasionalisme yang dia lakukan adalah dengan menjaga alam Indonesia, khususnya NTT yang berada di garis luar Indonesia. "Batu adalah tulang, air adalah darah. Jika tulang dan darah rusak, maka rusak tubuh kita sebagai manusia. Begitu juga jika batu dan air rusak, maka rusak pula akan kita, Indonesia," ujar Aleta Baun.
Nasionalisme Indonesia yang sudah seperti itu perlu dimantapkan lagi, sebab sejak beberapa tahun belakangan ini terasa dan terlihat adanya serangkaian fartor penggoyang yang memiliki kemungkinan besar mengkikis atau bahkan dapat menghilangakan rasa nasionalisme dalam diri bangsa ini. Kokohnya rasa kebangsaan yang berlandasan Pncasila itu tidak bisa dimantapkan hanya dengan persamaan rasa senasib seperjuangan di masa lampau saja, namun juga adanya rasa persamaan pandangan dan tujuan di masa depan. Oleh karenanya, wawasan kebangsaan yang dilandasi Pancaila itu harus terus menerus disegarkan agar mampu menjawab tantangan jaman.
Kita sebagai generasi muda yang tidak mengalami masa-masa perjuangan penjajahan, melawan separatisme, wajar saja jika kita mempunyai warna yang lain dalam merasakan jiwa kebangsaan. Namun keadaan itu membuat semakin penting adanya wadah atau organisasi yang membicarakan tentang aktualisasi dari wawasan dan paham kebangsaan saat ini. Aktualisasi tersebut dapat diwujudkan secara perseorangan dalam masyarakat, dalam keluarga, maupun dalam kelompok atau organisasi dalam masyarakat. Dalam pengamalan tersebut, kita harus benar-benar melkaukannya dengan baik tanpa adanya rasa pamrih. Karena kita sebagai generasi penerus bangsa sudah selayaknya meneruskan perjuangan pahwalan-pahlawan yang terdahulu yang telah berjuang demi kemerdekaan bangsa ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Nasionalisme Ala Soekarno (online), (http://www.berdikarionline.com/nasionalisme-ala-soekarno/, diakses 22 Oktober 2016)
Anonim. 2016. Ketua MPR Ajak Kembali Masyarakat Kukuhkan Kembali Nilai Kebangsaan (online),
(http://www.aktual.com/ketua-mpr-ajak-masyarakat-kembali-kukuhkan- nilai-kebangsaan/, diakses 25 Oktober 2016)
( http://lifestyle.liputan6.com/read/2525264/kisah-nasionalisme-kaum-muda-di-perbatasan, diakses 25 Okbober 2016)
Yudohusodo, Siswono, Edi Sudrajat, dkk. 1995. Nasionalisme Indonesia dalam Era Globalisasi. Yogyakarta: Yayasan Widya Patria.
0 Response to "Nasionalisme Bangsa Indonesia di Era Globalisasi"
Posting Komentar